Aidi Carinta

April 26, 2013 10:52 am | Oleh Dale Carnegie Editor

” Jadi pendengar yang baik, dengan tulus melihat masalah dari sudut pandang orang lain dan  jika salah segera akui dengan simpatik. “

[showhide type=”links” more_text=”Read More” less_text=”-“]

Sebelum mengikuti training di Dale Carnegie, saya adalah seorang pembaca buku-buku seri “Chicken Soup”. Bagi saya buku-buku Chicken Soup merupakan rekaman dari kisah pengalaman orang-orang hebat yang mampu melalui berbagai macam masalah dalam kehidupan mereka masing-masing, hal ini cukup menginspirasi saya dalam bersikap dan berperilaku.

Kemudian pada bulan Oktober 2012 lalu, saya diminta oleh pimpinan untuk mengikuti Fundamental Leadership Training di Dale Carnegie. Terus terang, saat itu sebenarnya saya menganggap training tersebut tidak terlalu penting dan hanya menyita waktu kerja saya di kantor, dimana pekerjaan di kantor sangat banyak.
Namun di hari pertama training membuat saya tersadar bahwa anggapan saya sebelumnya tentang training ini salah. Di hari pertama itu, saya langsung merasa bahwa ternyata inilah training yang benar-benar saya butuhkan. Training ini bukan saja nantinya akan bermanfaat dalam pekerjaan saya, tapi juga saya rasakan bagaikan sesi relaksasi yang bisa membuat saya terlepas dari rutinitas pekerjaan yang terkadang membuat stress.

Sejak saat itu hal yang paling saya nantikan adalah hari Kamis, karena tiap hari Kamis adalah jadwal sesi training Dale Carnegie. Saya sangat merindukan berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman dan pembimbing yang bagi saya semuanya mengeluarkan pandangan-pandangan positif dalam menilai segala macam topik pembicaraan.
Berbagai kisah pengalaman yang mengagumkan saya dengar langsung dari teman-teman dan pembimbing. Dalam training diajarkan agar setiap peserta mampu berbagi kisah pengalaman pribadi yang mampu menginspirasi pendengarnya. Sebelumnya, hal seperti ini hanya bisa saya baca dalam buku seperti Chicken Soup.

Semua prinsip-prinsip Dale Carnegie yang diajarkan, bagi saya adalah tuntunan untuk menjadi lebih baik lagi bagi diri sendiri dan juga bagi orang-orang di sekitar kita. Human relationship yang baik menjadi dasar dari keberhasilan. Hal ini diajarkan dengan sangat baik dalam training Dale Carnegie.

Beberapa prinsip yang paling tertanam dalam ingatan saya adalah :
Hindari SOK, senyum, beri perhatian yang sungguh pada orang lain, beri penghargaan yang jujur dan tulus kepada orang lain, Jadi pendengar yang baik, dengan tulus melihat masalah dari sudut pandang orang lain, jika salah segera akui dengan simpatik.
Peristiwanya terjadi sekitar awal tahun ini, dimana setelah hampir 13 tahun saya bekerja di perusahaan, baru kali ini hubungan kami dengan beberapa pemasok sedikit terganggu dikarenakan kinerja yang kurang baik di tahun sebelumnya. Sebagai pimpinan bagian yang berhubungan langsung dengan pemasok, hal ini mewajibkan saya untuk tetap mempertahankan kepercayaan dan kerjasama dari pemasok. Apabila dilihat dari permasalahan yang ada, memang kelihatannya sangat susah bagi kami untuk bisa meyakinkan pemasok kami tersebut. Tetapi manfaat dari pemahaman saya akan prinsip-prinsip yang saya dapatkan dalam training Dale Carnegie, bisa menempatkan
saya dalam posisi negosiasi yang baik sehingga bisa saya lakukan dengan penuh rasa percaya diri tetapi juga dengan penuh kerendahan hati untuk memahami apa yang menjadi keberatan dari pihak pemasok. Bagi saya, dalam bernegosiasi yang dituju adalah solusi dari masalah, bukan mencari yang paling benar dan siapa yang salah, bukan juga mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah, tetapi mencari solusi yang menyenangkan bagi kedua belah pihak. Saya selalu memakai prinsip “apabila kita ingin orang lain memahami kita, maka terlebih dahulu kita harus memahami orang lain”. Prinsip-prinsip Dale Carnegie benar-benar saya rasakan manfaatnya dalam proses komunikasi saya dengan pihak pemasok. Akhirnya pihak pemasok tersebut tetap berkomitmen untuk bekerjasama dengan kami tanpa mengurangi sedikitpun bentuk pelayanan mereka kepada kami.

Peristiwa lainnya adalah sekitar akhir tahun lalu dimana beberapa staff andalan saya mengundurkan diri dan digantikan dengan staff baru , awalnya saya merasakan betapa sulitnya bekerja sama dengan staff baru tersebut. Tentu saja saya juga harus lebih meluangkan waktu lagi untuk mengajari dan mengarahkan mereka. Jujur, terkadang saya juga merasa capek mengajari dan mengingatkan hal yang sama lebih dari sekali. Tetapi saya akhirnya tersadar bahwa sebenarnya yang menjadi masalah staff baru saya itu, mungkin mereka belum percaya diri dan tidak yakin mampu mengerjakan tugas mereka, bahkan mungkin takut disalahkan oleh saya apabila pekerjaan yang mereka lakukan kurang baik. Setelah saya menyadari hal itu, saya segera mengoreksi kekurangan-kekurangan saya terhadap mereka dan dengan menerapkan beberapa prinsip Dale Carnegie. Saya lebih sering mengajak mereka berdiskusi dan bersimpati dengan usulan dan pekerjaan mereka. Akhirnya rasa percaya diri mereka menjadi lebih baik sehingga saat ini banyak pekerjaan bisa mereka tangani sendiri dengan baik tanpa perlu meminta petunjuk dari saya.

Saat ini saya memimpin satu divisi di perusahaan yang menghadapi tantangan yang semakin berat di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Tapi saya yakin dengan selalu melakukan evaluasi, mengoreksi diri, membangun hubungan kemitraan yang berlandaskan human relationship yang baik, serta selalu antusias , maka saya dan perusahaan tempat saya bekerja pasti akan berhasil.
Semua diawali dengan berpandangan positif sesuai prinsip Dale Carnegie : hindari S O K (salahi, omeli, kritik), selalu senyum , dengan tulus melihat masalah dari sudut pandang orang lain, beri penghargaan yang jujur dan tulus kepada orang lain, jadi pendengar yang baik, dan jika salah segera akui secara simpatik , maka dengan prinsip-prinsip itu saya yakin saya akan menjadi makhluk sosial yang baik bagi lingkungan saya dan seperti halnya saya mendapatkan banyak manfaat dari orang lain, maka demikian juga saya juga akan bisa memberi manfaat yang baik bagi orang lain.
Jadilah garam yang memberikan rasa.
“Sekali Antusias tetap Antusias”

[/showhide]

Jakarta & Head Office

Jl. Paus No. 84 A
Jakarta Timur 13220
Phone: 021-489 2737
Fax: 021-489 6926


Send this to a friend
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
Hadir di Leadership series kota:
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Read previous post:
Ariadi Hendrawan

Pelatihan Leadership Training for Supervisors dari Dale Carnegie memberikan contoh-contoh yang aplikatif sehingga mudah untuk diterapkan dalam kehidupan langsung. Pelatihan...

Close