Dalam tulisan pertama, kita sudah bertemu dengan dua metode pembelajaran yaitu hybrid learning dan blended learning. Hybrid Learning adalah proses pembelajaran yang mengombinasikan antara penyampaian secara daring maupun tatap muka di tempat. Sementara Blended Learning adalah proses pembelajaran yang mengombinasikan waktu pembelajaran synchronous dan asynchronous. Dalam tulisan bagian kedua ini kita akan membahas lebih lanjut apa dan bagaimana Hybrid Learning.
Pada Hybrid Learning, di atas kertas kombinasinya dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
- Proses pembelajaran dibagi dalam beberapa tahap atau bagian, kemudian ada bagian yang disampaikan secara on-site dan sebagian disampaikan secara online. Ini adalah pemahaman yang paling umum dikenal tentang metode hibrida ini. Sebelum pandemi, ketika aktivitas pertemuan secara daring masih merupakan hal yang asing, pembelajaran daring umumnya berarti mengerjakan tugas-tugas secara mandiri via internet, misalnya melihat video di youtube atau mencari dan mengumpulkan materi di website tertentu. Wajar bila metode ini kemudian disamakan dengan blended learning.
- Sejalan dengan semakin berkembangnya pelatihan daring (online) secara synchronous menggunakan platform pertemuan daring (zoom, teams, meets, dan sebagainya), muncul format hibrida yang kedua, yaitu pelatihan dilakukan secara di tempat untuk sesi-sesi tertentu dan secara daring untuk sesi yang lain. Seluruh peserta hadir di tempat pada saat sesi on-site, dan semua peserta bergabung secara daring pada waktu sesi daring.
Program dapat dimulai dengan sesi daring untuk membahas teori kemudian dilanjutkan dengan sesi on-site untuk proses simulasi, latihan atau praktek, khususnya yang memerlukan peralatan tertentu. Bisa juga program dimulai dengan kelas intensif di tempat, lalu kemudian dilanjutkan secara daring (dengan jeda waktu tertentu) untuk penyegaran, penguatan dan tindak lanjut.
- Belakangan ini, dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah-sekolah sementara aturan PPKM belum mengizinkan pertemuan 100% di kelas, maka timbul format hibrida yang ke-3. Kelas pembelajaran dilakukan secara tatap muka (on-site) yang difasilitasi oleh guru/trainer (instructor led training) dan diikuti oleh sebagian peserta. Pada saat yang sama, sebagian peserta lainnya mengikuti secara daring. Metode ini membutuhkan teknologi yang mumpuni dan trainer yang piawai dalam kedua moda, agar tidak ada peserta yang merasa tertinggal atau tidak diperhatikan.
- Format hibrida juga dapat menunjuk pada pelatihan yang dilakukan secara tatap muka, peserta sebagian hadir di tempat dan sebagian bergabung secara daring, sementara trainer/fasilitator hadir secara daring. Secara teori hal ini dimungkinkan, hanya secara praktek hal ini akan menjadi sangat sulit, karena fasilitator online terbatas untuk bisa mengarahkan peserta yang ikut di tempat.
Di pembahasan selanjutnya dalam artikel ini, moda hibrida yang dimaksud adalah terutama dalam bentuk ke-3 dimana pembelajaran on-site dan online dilakukan pada saat yang sama.
Mengapa Hybrid?
Melihat hal ini wajar bila timbul pertanyaan, “Mengapa harus digabungkan antara daring dan tatap muka?” Dalam dua tahun pandemi ini profesional L&D menyadari bahwa pelatihan online memang memiliki kekuatan dari segi fleksibilitas waktu dan tempat. Pelatihan daring juga relatif lebih hemat dari pelatihan tatap muka, khususnya menyangkut transportasi dan akomodasi bagi peserta dari luar kota.
Di sisi lain, pelatihan di tempat mempunyai nilai tambah dari segi interaksi sosial informal yang sering hilang dari pelatihan daring, tetapi sangat dibutuhkan dalam pelatihan-pelatihan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, team work, layanan pelanggan dan berbagai latihan sejenis lainnya. Dengan moda tatap muka peserta dapat berlatih dan mensimulasi berbagai situasi nyata sehari-hari. Demikian juga dengan pelatihan teknis yang membutuhkan penguasaan alat atau perangkat lunak tertentu hanya mungkin dilakukan secara langsung di tempat.
Siapa yang membutuhkan metode hybrid? Salah satunya adalah untuk proses pelatihan yang melibatkan peserta dari kantor pusat (mayoritas) dan kantor-kantor cabang. Peserta dari kantor pusat akan mengikuti pelatihan di tempat sementara peserta dari cabang-cabang di luar kota mengikuti secara daring. Proses pelatihan bisa lebih ekonomis karena tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi dan akomodasi bagi peserta dari luar kota. Peserta luar kota pun tidak perlu membuang waktu total 1-2 hari untuk perjalanan ke dan dari tempat pelatihan.
Metode ini juga tepat bagi kelas pelatihan yang berjarak waktu (time spaced) yang melibatkan peserta dengan mobilitasnya tinggi. Pelatihan time spaced merupakan moda pelatihan yang dilakukan dalam beberapa sesi dengan jarak waktu tertentu, misalnya sekali seminggu atau dua kali seminggu. Bila pelatihan semacam ini diikuti oleh seorang area sales manager yang secara rutin harus mengunjungi beberapa kota, mungkin saja dia akan kehilangan sesi pelatihan secara on-site. Tetapi dengan moda hybrid, ketika dia berada di luar kota dia tetap dapat mengikuti secara daring, dan mengikuti secara langsung setiap kali dia ada di kota yang bersangkutan.
Prasyarat Yang harus dipenuhi
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, moda pelatihan hibrida harus ditunjang oleh 3 hal yang tidak bisa ditawar:
- Teknologi yang mumpuni. Bagi trainer yang memfasilitasi sesi secara on-site dan daring bersamaan, dia harus dapat melihat semua peserta, baik yang ikut di tempat atau pun daring. Artinya dia memerlukan layar yang cukup besar agar dapat juga melihat semua peserta yang hadir secara daring. Demikian juga para peserta yang hadir di tempat perlu melihat rekan-rekan mereka yang ikut secara daring. Dengan kata lain, minimal dibutuhkan 2 layar besar di dalam kelas: satu bagi trainer dan satu bagi peserta.
Pada saat yang sama, peserta yang ikut secara daring pun perlu dapat melihat baik trainer maupun peserta yang ikut di tempat. Hal ini hanya dapat dipenuhi dengan menggunakan minimal dua kamera atau kamera 360 derajat. Semuanya ini memerlukan perangkat yang dapat mengelola lalu lintas sinyal video dengan baik.
Selain video, sinyal audio juga membutuhkan perhatian khusus. Harus dipikirkan bagaimana peserta di tempat dapat mendengar suara peserta daring dengan baik, dan sebaliknya. Sinyal audio yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan feedback yang mengganggu dan menghambat kelancaran proses pelatihan.
- Fasilitator yang piawai. Menfasilitasi pelatihan daring berbeda dengan pelatihan tatap muka. Karena itu trainer yang memfasilitasi pelatihan hybrid harus menguasai kedua kompetensi (mengajar secara online dan onsite) tersebut dengan baik. Secara onsite dia harus dapat memastikan semua terlibat, sementara secara online dia perlu menjaga interaksi dengan peserta berlangsung dengan lebih sering agar peserta tidak bosan dan kehilangan perhatian.
- Produser yang handal. Dengan penggunaan teknologi yang intensif seperti dijabarkan di atas, diperlukan pengelolaan yang baik atas semuanya. Inilah peran seorang produser: memastikan semua peralatan berjalan sebagaimana mestinya serta audiens online dan on-site bisa melihat dan mendengar apa yang perlu dia lihat dan dengar. Produser juga berperan melakukan troubleshoot bila terjadi masalah baik di lokasi maupun secara daring.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran hibrida membutuhkan persiapan yang matang, baik dari sisi pelaksana (trainer dan produser) maupun teknologi. Di sisi lain, metode ini membuka peluang melakukan proses pembelajaran dan pengembangan dengan cara-cara baru yang diharapkan memberi nilai tambah tersendiri pada proses pelatihan tersebut.
Untuk itu, Dale Carnegie telah mempersiapkan sumberdaya manusia-nya baik fasilitator maupun produser agar mampu menjalankan pelatihan dengan maksimal, baik untuk pelatihan on-site maupun on-line. Dale Carnegie juga telah membekali para produsernya untuk menangani beberapa platform pertemuan daring yang utama (Zoom, MS Teams) agar dapat mendukung program pelatihan hybrid di platform pilihan klien dengan maksimal.
Joshua Siregar – Dale Carnegie Indonesia Senior Trainer