Perusahaan yang ingin angkatan kerja millennial-nya lebih betah dan terlibat pun disarankan untuk mengubah budaya perusahaan. Yakni dengan menyediakan pelatihan karyawan, membentuk kepercayaan pada jajaran eksekutif, menguatkan hubungan karyawan dan manajer, hingga penyusunan proses dan prosedurnya yang mendukung. (SW)
Sumber Cirebontrust http://www.cirebontrust.com/dale-carnegie-indonesia-kaum-millenial-tidak-total-bekerja.html
Cirebontrust.com – Ada fakta menarik lain mengenai generasi Y yang membuktikan jika golongan ini cukup menantang dalam urusan karier. Yakni soal totalitas kerja yang menurut survei hanya dipunyai 25% dari mereka.
Dilansir dari laman wolipopdetik, Kamis (26/10/2017), hal tersebut terungkap dari penelitian Dale Carnegie Indonesia yang dilakukan kepada 1.200 karyawan millennial dan nonmilennial.
Survei tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterlibatan pegawai atau employee engangement generasi millennial Keterlibatan secara emosional dan intelektual sendiri penting dimiliki pekerja demi memberi performa terbaik pada perusahaan.
Hasil dari studi yang dilakukan di enam kota besar di Indonesia itu pun cukup mengejutkan. Terungkap hanya satu dari empat millennial yang bekerja secara total atau benar-benar melibatkan diri pada karier mereka.
Dalam survei ini, tingkat keterlibatan pekerja millennial dibagi menjadi tiga yakni terlibat, setengah terlibat, dan menolak terlibat. Pegawai yang terlibat secara total dikatakan cenderung loyal dan akan bertahan dalam jangka waktu panjang serta menguntungkan perusahaan. Mereka umumnya bekerja dengan produktif dan berkualitas.
Sedangkan mereka yang hanya setengah terlibat biasanya hanya fokus pada penyelesaian tugas bukan kualitas. Kebanyakan dari mereka juga jarang memberi masukan dan hanya peduli dengan gaji. Sementara kategori yang paling berbahaya adalah menolak terlibat karena mereka bisa memberi pengaruh negatif terhadap bos dan rekan. Mereka kerap menampilkan kesan ketidakpercayaan bahkan bisa sampai menyabotase pekerjaan.
Menurut survei hanya 25% millennial yang sungguh-sungguh terlibat dalam pekerjaan. Hal tersebut tentu sangat disayangkan mengingat mereka adalah tenaga kerja utama dan terbanyak setelah generasi X.
Hal tersebut mungkin saja dikarenakan pola pikir millennial yang menginginkan sejumlah hal dari pekerjaan mereka. Menurut riset, kebanyakan dari mereka mengidamkan perasaan terjamin dari perusahaan, apresiasi, gaji kompetitif, keseimbangan waktu bekerja dan kehidupan pribadi, dan supervisor berkomunikasi secara terbuka, dan jujur.