Sumber Majalah Kartini https://majalahkartini.co.id/keluarga-karier/dunia-kerja/minimnya-milenial-terlibat-penuh-dengan-perusahaan/
MajalahKartini.co.id – Dale Carnegie Indonesia melalui studi bertajuk “Employee Engagement Among Millennials” (2016) menyebut hanya 25% tenaga kerja milenial (kelahiran 1986-2000) yang terlibat sepenuhnya/fully engaged dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Padahal, peran milenial sebagai angkatan kerja utama di sebuah perusahaan justru semakin besar, seiring dengan pensiunnya Generasi Baby Boomers (1945-1964) dan kenaikan jabatan Generasi X (1965-1985) menduduki posisi penanggung jawab.
Kesiapan perusahaan untuk menyambut tenaga milenial sangat krusial untuk menentukan keberlangsungan usaha. Pembentukan budaya baru yang membuat para milenial ‘feel at home’ sehingga mau terlibat (engage) menjadi keharusan.
Menyertakan lebih dari 1.200 karyawan (sekitar 600+ milenial dan 600+ non milenial) di 6 kota besar. Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Balikpapan dan Medan, Dale Carnegie Indonesia menginisiasi survei ini untuk mengetahui tingkat keterlibatan karyawan/employee engagement di Tanah Air. Employee engagement merupakan komitmen karyawan, baik emosional maupun intelektual, untuk memberikan performa terbaiknya kepada perusahaan.
“Studi kami bahkan menunjukkan, 9% karyawan milenial menolak terlibat/disengaged dengan perusahaan. Lebih besar lagi, yakni 66%, tenaga kerja milenial cuma terlibat sebagian/partially-engaged. Tentunya mengkhawatirkan, sebab golongan ini bisa berpindah ke disengaged jika perusahaan tidak lekas mengambil langkah antisipasi. Dale Carnegie Indonesia sebagai thought leader dalam pengembangan kompetensi bisnis berorientasi manusia, berupaya memberikan gambaran situasi ketenagakerjaan di Indonesia secara jujur sekaligus menghadirkan solusi kepada para mitra kami dalam menyambut angkatan milenial,” papar Joshua Siregar selaku Director, National Marketing Dale Carnegie Indonesia di Jakarta Rabu (25/10).
Survei juga menunjukkan, hanya 1 di antara 4 milenial yang engaged dan 64% diantara terlibat sepenuhnya pasti akan bertahan setidaknya setahun ke depan. Sebaliknya, 60% milenial berencana mengundurkan diri apabila merasa disengaged.
Karyawan yang engaged cenderung loyal dan bersedia bertahan dalam jangka waktu yang panjang, berkontribusi pada keuntungan perusahaan, serta bekerja secara produktif dan berkualitas. Sementara, mereka yang partially-engaged lebih berkonsentrasi pada pengerjaan tugas (asal selesai), bukan mutu hasilnya, enggan menerima masukan, serta berorientasi pada gaji saja yakni berprinsip do it, get paid, go home. Kategori disengaged lebih berbahaya lagi, karena menyebarkan pengaruh negatif, menampakkan ketidakpercayaan dan permusuhan, sudi menyabotase pekerjaan bahkan kemajuan perusahaan.
Tak bisa dipungkiri, generasi milenial segera menjadi angkatan kerja terbesar di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2016), dari total jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 160.369.800 juta, hampir 40% di antaranya tergolong Generasi Milenial sebesar 62.570.920. Terbanyak kedua setelah Generasi X yang mencapai 69.003.270, terbesar tetapi kian menurun, dan jauh di atas Generasi Baby Boomers terhitung 28.795.610 – yang karena usia, jumlahnya semakin berkurang.
Kembali ke studinya, Dale Carnegie Indonesia mendapati bahwa tenaga kerja milenial memiliki harapan khusus untuk tempat kerja mereka – yang teratas antara lain: mendapatkan perasaan terjamin dari perusahaan, perusahaan mengapresiasi karyawan, perusahaan menawarkan gaji yang kompetitif, mendapatkan keseimbangan waktu bekerja dan kehidupan pribadi, supervisor berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Lebih jauh, studi juga merumuskan adanya tiga pendorong kunci untuk memaksimalkan employee engagement di kalangan milenial, yaitu: 1) keselarasan nilai, 2) penghargaan/pengakuan yang adil, dan 3) komunikasi yang transparan.
Secara terpisah, melalui jaringan globalnya, perusahaan telah menyusun kajian lanjutan bertajuk “Dale Carnegie Survey 2017 on Corporate Culture” yang melibatkan 600 pemimpin senior perusahaan di empat negara (India, Amerika Serikat, Jerman dan Indonesia). Dale Carnegie mendapati, bahwa kultur perusahaan memberi dampak besar pada employee engagement dan kinerja karyawan. Kajian tersebut memperlihatkan bahwa kultur sehat untuk mencapai keterlibatan dan peningkatan performa karyawan atau disebut Culture Champion, antara lain berfokus pada area: penyediaan pelatihan karyawan, pembentukan kepercayaan kepada eksekutif puncak, penguatan hubungan antara karyawan dan manajer, penyusunan proses dan prosedur yang mendukung.
“Dengan masuknya milenial sebagai angkatan kerja, perusahaan harus mau dan mampu membangun budaya baru untuk membuat mereka merasa terlibat, atau feel at home,” tegas Joshua.
Lalu kultur perusahaan seperti apa yang bisa mengakomodir “keunikan” angkatan kerja milenial? Dari kedua studi di atas: “Employee Engagement Among Millennials” dan “Dale Carnegie Survey 2017 on Corporate Culture” ditemukan adanya irisan yang menjawab harapan milenial terhadap situasi perusahaan dengan area fokus perusahaan berkarakter Culture Champion. “Persamaan tersebut terangkum menjadi rumusan dua langkah kunci untuk membangun kultur baru perusahaan yang ramah milenial yaitu: 1) komunikasi lintas generasi angkatan kerja, dan 2) Pelatihan dan Pengembangan, khususnya dalam bentuk program pendampingan (mentoring).
Inilah yang harus berani diterapkan oleh perusahaan demi beradaptasi dengan pergantian generasi kerja sehingga kelak bisa menyerahkan posisi strategis dan tampuk kepemimpinan kepada angkatan milenial. “Dan, di ranah sumber daya manusia tersebut, Dale Carnegie Indonesia hadir membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk bersiap dan berbenah diri menghadapi angkatan kerja milenial,” tutup Joshua.
Dengan pemahaman mendasar dan menyeluruh mengenai tenaga kerja milenial, juga formulasi solusi bersumber studi, Dale Carnegie Indonesia menggagas sebuah program pelatihan “Learning Day 2017” bertema “Is Your Organization Millennial ready?”. Digelar di Surabaya, Bandung dan Jakarta pada awal Oktober 2017, program ini sukses diikuti oleh 102 eksekutif dan 59 perusahaan dengan materi pelatihan mulai dari pengayaan wawasan hingga workshop yang bisa diterapkan dengan mudah di tempat peserta bekerja.
Prakarsa ‘Learning Day 2017’ dengan bahasan milenial ini menjadi salah satu dari beragam solusi pengembangan kemampuan bisnis yang Dale Carnegie Indonesia tawarkan, meliputi fundamental, leadership, leadership training for managers and supervisors, high impact presentation, skills to achieve more sales, win-win negotiations, managing across generations, dan sebagainya. Berpengalaman selama 105 tahun di skala global, juga telah 40 tahun berkiprah di Indonesia, Dale Carnegie telah diakui sebagai thought leader yang berkomitmen memberikan pelatihan komprehensif untuk pengembangan kompetensi bisnis berorientasi manusia.(Foto : Dok. Pribadi)