Oleh : Gary Hadrian
Assertive (adj):
- Describes someone who behaves confidently and is not frightenend to say what they want or believe. Cambridge Dictionary
- The quality of being self assured and confident without being aggressive. Wikipedia
Alkisah ada seorang anak SD membawa kabar buruk pada ibunya, bahwa nilai tes semesternya sebagian besar jelek dan harus remedial. Dengan emosi memuncak sang ibu berkata, ”Kamu ini bikin malu keluarga. Sepanjang sejarah, ibu dan bapak belum pernah dapat nilai seburuk ini. Payah, masa depanmu suram!! Ibu tidak mau tahu, semester berikutnya harus bagus semua. Handphone ibu sita dan kamu tidak boleh nonton TV selama satu semester. Paham?!!?”
Ternyata anak tetangga mereka mengalami masalah yang serupa. Namun reaksi sang ibu tetangga berbeda. Beliau berkata seperti ini, ”Nak, ibu sangat kaget dan prihatin dengan hasil belajarmu. Ibu mengerti, kamu pasti juga sedih, malu dan kecewa dengan nilai yang kamu dapatkan. Untuk itu, semester depan Ibu terpaksa membatasi waktumu bermain HP dan nonton TV. Kira-kira, apa lagi yang bisa kita lakukan bersama supaya nilai kamu bagus semua semester depan?”
Dari kedua situasi di atas, mari kita bayangkan, bagaimana respon masing-masing anak? Kasus yang serupa bila diselesaikan dengan pendekatan yang berbeda, hasilnya akan berbeda. Tentunya kita sependapat bahwa pendekatan kedua lebih dapat diterima sang anak dan dapat memotivasi anak tersebut untuk memperbaiki nilainya. Pendekatan kedualah yang disebut dengan komunikasi asertif, yang artinya mengungkapkan pendirian, pemikiran, dan keinginan pribadi dengan cara yang tidak menimbulkan pertentangan dari lawan bicara.
Dalam kehidupan profesional, komunikasi asertif tidak terbatas pada cara kita memberikan kritik atau masukan, tetapi juga dalam menyampaikan ide, keinginan dan pendapat kita.
Ada tiga hal yang dapat kita lakukan untuk berkomunikasi asertif:
- Menjaga emosi, tutur kata dan intonasi saat berbeda pendapat meskipun lawan bicara menanggapi situasi dengan emosional.
PIlihan kata yang netral atau positif dan intonasi yang ramah akan lebih mudah diterima lawan bicara dibandingkan dengan kata-kata negatif dan intonasi tinggi.
Pernahkah di keluarga atau di pekerjaan Anda mengalami perselisihan bukan karena sesuatu yang substantial tapi hanya gara gara intonasi bicara?
Mari kita bayangkan kata “ TAHU “ (tau/mengerti). Sekarang mari kita ucapkan kata “TAHU” dengan intonasi berbeda-beda. Artinya akan berbeda pula kan?
- Berani mengungkapkan kebenaran (walaupun mungkin kebenaran tersebut tidak disetujui orang lain) dengan cara yang lebih dapat diterima.
Misalkan Anda punya seorang atasan yang sangat dominan dan baru saja mengambil keputusan yang Anda anggap kurang tepat. Seorang yang asertif tidak akan berdiam diri, melainkan akan berani mengingatkan atasannya. Misalnya dengan berkata “ Pak, kira-kira apa dampaknya bagi kekompakan tim kita jika hal ini diimplementasikan?”. Mungkin kalimat di atas belum tentu akan mengubah keputusan beliau, tapi saya duga beliau tidak akan marah mendengar pertanyaan tersebut
- Berani berkata “tidak” dengan cara yang bijak.
Misalkan ada seorang rekan yang meminta tolong saat kita overload dengan pekerjaan. Daripada berkata TIDAK BISA, akan lebih asertif jika kita berkata “Saat ini saya sedang overload. Kalau mau, tunggu besok, saya akan bantu”.
Komunikasi yang asertif, setidaknya akan memberikan tiga manfaat kepada kita:
- Menjaga suasana kerja tetap kondusif karena kita mampu menjaga emosi
- Menjaga dan meningkatkan relasi serta mencegah orang lain sakit hati.
- Usulan cemerlang kita relatif lebih mudah disetujui pihak lain
Mari kita terapkan gaya komunikasi asertif secara konsisten untuk membangun hubungan yang lebih positif dengan orang lain dan tetap menjaga kredibilitas dan nama baik kita.
Tentang Penulis
Penulis adalah Senior Trainer berlisensi dari Dale Carnegie & Associates, Inc., yang sejak tahun 2009 berkarya di Dale Carnegie Bandung. Beliau juga adalah pengusaha bidang kuliner di Bandung.